Tenggarong – Populasi Pesut Mahakam, mamalia air tawar yang menjadi ikon Sungai Mahakam, terus mengalami penurunan signifikan setiap tahunnya.
Aktivitas manusia seperti penggunaan jaring nelayan dan kapal ponton batu bara disebut menjadi ancaman utama bagi kelestarian spesies langka ini.
Kepala Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) Muhammad Reza, mengungkapkan banyak pesut terjerat jaring nelayan atau mengalami kecelakaan akibat tabrakan dengan ponton.
Ia menyebutkan bahwa operasional ponton yang sering kali berada di jalur habitat pesut turut memperparah situasi ini.
“Banyak pesut yang terjerat jaring nelayan atau mengalami tabrakan dengan ponton yang melintas di habitatnya,” tuturnya ketika di temui di sekertariat kantor Bupati Kukar pada Kamis (13/12/24).
Selain ancaman langsung, peningkatan aktivitas transportasi sungai juga mempersempit ruang gerak pesut di perairan Mahakam.
Hal ini dinilai mempercepat laju penurunan populasi spesies yang kini terancam punah.
Reza menegaskan bahwa perlindungan pesut memerlukan langkah strategis dan kerja sama intensif dari berbagai pihak.
Sebagai upaya nyata, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar mendorong konservasi Pesut Mahakam menjadi isu nasional.
Salah satu langkah besar adalah melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 49 Tahun 2022 yang menetapkan kawasan ekosistem pesut sebagai Kawasan Konservasi.
Pemkab Kukar juga menggandeng lembaga konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melakukan pengawasan rutin dan pemberdayaan masyarakat di sekitar habitat pesut.
Nota Kesepakatan Kerja Sama antara Pemkab Kukar dan KKP yang ditandatangani pada Mei 2024 telah mengatur program pengawasan, mitigasi ancaman, dan sosialisasi hingga Mei 2025.
“Pengawasan dilakukan minimal dua bulan sekali, dengan fokus pada mitigasi ancaman dari ponton dan jaring nelayan,” ungkap Reza.
Meski tantangan masih besar, Pemkab Kukar optimis kolaborasi dengan pemerintah pusat dan lembaga konservasi dapat memberikan dampak positif.
Reza menyatakan bahwa keberlanjutan Pesut Mahakam bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga kebanggaan daerah.
“Kami ingin memastikan pesut Mahakam tetap menjadi bagian dari ekosistem Sungai Mahakam,” tegasnya.
Ia mengajak semua pihak untuk mendukung langkah ini, terutama dalam mengurangi penggunaan jaring berbahaya dan aktivitas ponton yang tidak terkendali.
“Jika tidak ada tindakan nyata, kita akan kehilangan salah satu spesies ikonik yang hanya ada di Mahakam ini,” pungkasnya. (Ak)