Penyebab Keracunan Massal di Sebulu Terungkap, Bakteri Salmonella Ditemukan

Ilustrasi orang terkena bakteri salmonella. (ist)

Tenggarong – Kejadian keracunan massal yang menimpa warga Sebulu pada Sabtu, 14 September 2024 lalu, setelah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, kini memasuki tahap penyelidikan lebih lanjut.

Dalam kasus keracunan tersebut diketahui menyebabkan 255 warga mengalami gejala yang serius, termasuk menyebabkan dua nyawa melayang.

Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Kartanegara, Kusnandar mengatakan, pihaknya telah melakukan pengambilan sampel makanan yang disajikan pada acara tersebut.

Selain itu, Dinkes Kukar juga telah mengirimkan sampel makanan untuk diuji di laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Samarinda.

“Hasil dari BPOM sudah keluar. Memang memerlukan waktu untuk pengujian karena sampel makanan perlu masa inkubasi sebelum dilakukan uji lab,” ungkapnya, Kamis (3/10/24).

Kusnandar menambahkan, pengambilan sampel dilakukan pada hari yang sama saat kejadian terjadi. Namun, sampel baru bisa dibawa ke lab pada Selasa, 17 September 2024, karena adanya prosedur administrasi dan hari libur.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Sebulu I, Abdullah Ramli, menyampaikan bahwa hasil laboratorium BPOM menunjukkan adanya bakteri Salmonella dalam hidangan telur dan bumbu merah pada nasi kotak yang disajikan.

“Bakteri Salmonella terkonfirmasi dengan kadar 25 gram dari jumlah sampel yang diuji,” jelasnya.

Perlu diketahui Bakteri Salmonella dapat menyebabkan keracunan makanan yang serius dan umumnya ditemukan dalam makanan yang terkontaminasi, terutama telur dan produk olahan daging.

Gejala keracunan akibat infeksi Salmonella antara lain demam, diare, mual, dan kram perut, yang dapat muncul antara 6 hingga 72 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Kontaminasi dapat terjadi baik sebelum maupun sesudah proses pengolahan makanan.

Abdullah menyampaikan pentingnya pengelolaan makanan yang baik, dengan pemilihan bahan makanan yang tepat sebagai langkah utama untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

“Pemilihan bahan dan pengolahan makanan yang benar perlu dilakukan untuk menghindari bakteri salmonella,” tutupnya. (ak)

Bagikan :