Tenggarong – Alih fungsi lahan akibat pertambangan batu bara membuat luas sawah di Desa Buana Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang terus menyusut, jika dulu lahan sawah mencapai lebih dari 700 hektare, kini jumlahnya jauh berkurang.
Lahan-lahan yang sebelumnya subur dan produktif kini berubah menjadi wilayah tambang, memaksa petani harus dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada.
Plt Sekretaris Desa Buana Jaya, Heriansyah, mengatakan keberadaan perusahaan tambang memang membawa dampak besar bagi pertanian di daerah tersebut.
Lahan yang dulu digunakan untuk bercocok tanam, kini banyak yang dialih fungsikan untuk kepentingan industri.
“Dengan adanya perusahaan tambang, sawah-sawah ada yang dialih fungsikan. Jadi otomatis lahan pertanian pun berkurang,” ujarnya kepada adakaltim.com pada Selasa (11/3/25).
Meski menghadapi sebuah tantangan besar, petani di Desa Buana Jaya tidak tinggal diam. Mereka mulai mencari cara untuk tetap bertani dengan memanfaatkan lahan yang masih tersisa.
Beberapa petani bahkan mencoba mengelola area rawa-rawa yang sebelumnya tidak bisa dimanfaatkan agar tetap bisa menghasilkan panen.
“Rawa-rawa yang dulu nggak bisa dirawat, sekarang mulai bisa dikelola lagi menjadi lahan pertanian,” tuturnya.
Selain itu, petani juga mulai menggunakan teknologi modern dalam pertanian untuk meningkatkan hasil panen.
Jika dulu satu hektare sawah membutuhkan waktu panen hingga tiga hari, kini dengan bantuan mesin, panen bisa selesai dalam satu hari. Bahkan, panen juga bisa dilakukan di malam hari dengan bantuan mesin panen modern.
“Kalau dulu panen cuma bisa sore karena mengandalkan tenaga manusia, sekarang pakai mesin, jadi lebih cepat,” jelasnya.
Namun, setelah panen, petani masih menghadapi kendala dalam proses pengeringan gabah. Saat ini, banyak petani yang masih mengandalkan lantai jemur tradisional, bahkan ada yang hanya menjemur hasil panen di halaman rumah.
Mereka berharap ada bantuan alat pengering untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian. “Kami pernah usulkan pengadaan mesin pengering, tapi sampai sekarang belum terealisasi,” pungkasnya. (adv/ak/ko)