Komisi IV DPRD Soroti Insiden Pengeroyokan Siswa SD: Pendidikan Karakter Harus Jadi Prioritas di Samarinda

Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Mohammad Novan Syahronny Pasie.

Samarinda – Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Mohammad Novan Syahronny Pasie, angkat bicara terkait insiden pengeroyokan yang menimpa seorang siswa Sekolah Dasar (SD) oleh sekelompok pelajar sekolah menengah pertama (SMP) baru-baru ini.

Menurutnya, kejadian ini bukan sekadar kasus tawuran pelajar biasa, melainkan bentuk perundungan serius yang melibatkan anak-anak di bawah umur.

“Ironis, pelaku dan korban sama-sama masih duduk di bangku sekolah. Seharusnya mereka saling melindungi, bukan saling menyakiti,” ujar Novan saat dikonfirmasi, Kamis (22/5/2025).

Ia menegaskan bahwa insiden ini merupakan alarm keras bagi seluruh pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Menurutnya, pendidikan tak bisa hanya bertumpu pada capaian akademik.

Penanaman nilai karakter, empati, dan adab sejak dini harus menjadi bagian utama dalam proses pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun rumah.

“Nilai rapor bukan segalanya. Membentuk anak yang berempati dan berakhlak justru harus jadi prioritas,” tegas Novan.

Namun demikian, ia juga menekankan bahwa tugas mendidik karakter anak tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada guru. Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung tumbuh kembang anak.

“Anak-anak meniru dari lingkungannya. Jika mereka terbiasa melihat kekerasan di rumah atau saat bermain, perilaku itu akan terbawa ke sekolah,” jelasnya.

Novan mendorong penerapan langkah konkret, di antaranya pendampingan psikologis bagi korban dan pelaku kekerasan, evaluasi menyeluruh terhadap program pendidikan karakter di sekolah, serta pelibatan tenaga profesional seperti psikolog, konselor, dan pendidik dalam menangani masalah perilaku siswa.

“Kita tidak bisa menunggu korban berikutnya. Kekerasan meninggalkan luka yang bisa bertahan seumur hidup, baik bagi korban yang mengalami trauma maupun pelaku yang tumbuh dengan perilaku menyimpang,” ungkap Novan.

Ia pun mengajak Dinas Pendidikan, pihak sekolah, para orang tua, dan tokoh masyarakat untuk bersinergi menciptakan ekosistem pendidikan yang bebas dari kekerasan, serta mengedepankan nilai penghargaan dan sikap saling menjaga antar siswa. (adv)

Bagikan :