Kepala DKP Ungkap Lebih dari 50 Persen Produksi Perikanan Kaltim Ditopang oleh Kukar

Ilustrasi hasil tangkap ikan di Kukar. (Istimewa)

Tenggarong – Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar( kembali membuktikan dominasinya sebagai lumbung perikanan Kalimantan Timur (Kaltim).

Sepanjang 2024, daerah ini mencatat produksi ikan mencapai 323.178 ton, angka yang membuat lebih dari separuh kebutuhan perikanan Kaltim bergantung pada suplai dari Kukar.

Besaran capaian tersebut menunjukkan sektor perikanan di daerah ini bukan hanya aktif, tetapi menjadi pilar utama yang menopang rantai produksi di tingkat provinsi.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kukar, Muslik, menegaskan bahwa kekuatan produksi lokal ditopang oleh tiga sumber utama yakni perairan umum daratan, sungai dan danau, serta area budidaya air tawar yang tersebar merata di beberapa kecamatan.

Menurutnya, lingkungan perairan Kukar memiliki potensi yang besar dan produktif sehingga volume produksi terus berada pada angka tinggi setiap tahun.

“Produksi kita kurang lebih sekitar 400 ribu ton, baik dari budidaya maupun tangkap. Itu nanti dicek lagi, tapi kontribusinya memang besar untuk Kaltim,” ujarnya saat di hubungi pada Minggu (30/11/2025).

Dari total capaian 2024, perikanan budidaya mendominasi dengan kontribusi 206.327,8 ton, sementara penangkapan menghasilkan 116.850,2 ton.

Komoditas unggulan seperti nila, lele, patin, dan bandeng menjadi penyumbang terbesar karena memiliki tingkat keberhasilan tinggi di tambak dan pasar yang stabil.

Produktivitas perikanan juga tetap terjaga pada semester I tahun 2025. DKP mencatat 108.402,6 ton berasal dari budidaya, dan 38.152,2 ton dari penangkapan, angka yang dinilai konsisten jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Meski capaian produksi tinggi, DKP menilai bahwa pengembangan perikanan tidak boleh berhenti pada fase panen.

Hilirisasi menjadi fokus lanjutan agar nilai jual ikan meningkat dan tidak hanya beredar sebagai produk segar.

“Kami ingin bantuan dan fasilitas yang diberikan betul-betul memberi manfaat bagi pelaku usaha perikanan. Itu yang kita jaga sambil terus mendorong peningkatan produksi,” ujarnya.

Pemerintah daerah kini memperluas pembenahan fasilitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI), area tambat perahu, dermaga kecil di desa pesisir, hingga memperluas distribusi energi melalui pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) di Anggana.

Modernisasi sarana dasar ini dianggap sebagai fondasi agar rantai produksi tetap efisien dan berkelanjutan.

Selain itu, sejumlah desa pesisir tengah diusulkan masuk dalam program Kampung Nelayan Merah Putih, yang memungkinkan mereka memperoleh fasilitas lanjutan seperti cold storage, rumah pakan, atau unit pengolahan ikan (UPI) apabila disetujui pemerintah pusat.

Muslik menjelaskan bahwa dalam jangka panjang, ekspansi produk olahan harus menjadi arah baru sektor perikanan Kukar.

Dengan proses pengolahan, daya simpan produk akan lebih panjang, jangkauan pemasaran lebih jauh, dan nilai ekonomi dapat naik berlipat.

“Kami berharap semakin banyak olahan agar bisa disimpan lebih lama dan pasar lebih luas,” tutupnya. (adv/ak/ko)

Bagikan :