Tenggarong – Petani di Desa Buana Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang, tak menyerah menghadapi tantangan mengubah lahan bekas pertambangan batu bara agar dapat kembali menjadi lahan pertanian yang produktif.
Desa Buana Jaya merupakan sebuah desa penghasil padi terbesar kedua di Kecamatan Tenggarong Seberang setelah Desa Bukit Pariaman.
Menyusutnya luas sawah akibat perubahan fungsi lahan membuat para petani dan pemerintah desa harus mencari cara agar produksi pangan tidak semakin menurun.
Hal tersebut merupakan sebuah Tantangan besar, karena tanah bekas tambang telah mengalami perubahan struktur akibat aktivitas penambangan.
Plt Sekretaris Desa Buana Jaya, Heriansyah, mengatakan lahan bekas tambang memang sulit diolah, tetapi masih bisa dimanfaatkan dengan teknik dan cara yang tepat.
“Kami kemarin sempat datangkan profesor dari jawa dan bertanya, apakah lahan bekas tambang ini bisa digunakan kembali untuk pertanian. Jawabannya bisa, tapi hanya sekitar 80 persen,” ujarnya kepada adakaltim.com, Selasa (11/3/25).
Menurutnya, tanah di area bekas tambang membutuhkan usaha lebih, agar tanah tersebut dapat kembali produktif.
Meski demikian, sudah ada beberapa wilayah yang mencoba mengelola lahan bekas tambang menjadi pertanian dan mulai menunjukkan hasil.
“Buktinya di beberapa daerah yang dikelola oleh PT Jembayan Muarabara, sudah ada yang mulai mengelola bekas tambang untuk pertanian,” jelas Hermansyah.
Saat ini, terdapat sekitar 12 hektare lahan di sisi utara Desa Buana Jaya yang telah dikelola kembali setelah sebelumnya menjadi area tambang.
Meskipun hasil panennya masih belum dapat maksimal, petani tetap optimis dengan teknik yang tepat, lahan tersebut bisa kembali produktif.
“Tidak bisa disamakan dengan sawah biasa. Hasilnya memang belum optimal, tapi masih bisa diusahakan,” pungkasnya. (adv/ak/ko)