Tenggarong – Hujan deras yang mengguyur Kutai Kartanegara (Kukar) beberapa pekan lalu tidak hanya menyebabkan banjir dan tanah longsor, tetapi juga berdampak pada kualitas air Sungai Mahakam, khususnya di RT 43, Kelurahan Loa Ipuh, Kecamatan Tenggarong.
Warga dikejutkan dengan perubahan air sungai yang menghitam dan menimbulkan bau menyengat selama lebih dari lima hari terakhir.
Menurut salah satu warga setempat, Mujiarto, perubahan ini diduga kuat berkaitan dengan aktivitas tambang ilegal yang beroperasi di hulu sungai.
Ia menilai bahwa keberadaan tambang-tambang tersebut menyebabkan air menjadi lebih dalam dan mempengaruhi kualitasnya.
“Karena ada tambang-tambang koridor yang ilegal, banyak yang di atas, maka air menjadi bau seperti ini,” ujarnya, Sabtu (1/2/25).
Ia juga menyampaikan kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya, meskipun sudah cukup lama.
“Dulu pernah juga dalam dua kali, tapi sudah lama. Ini baru terjadi lagi, tapi tidak terlalu dalam sekarang,” tambahnya.
Selain faktor pertambangan, ia juga menduga bahwa penyebab lainnya adalah tanaman liar yang membusuk di sungai.
Ia menjelaskan akar-akar yang mati dan terendam air akibat curah hujan tinggi bisa menimbulkan bau tidak sedap.
“Akar-akarnya yang busuk menyebabkan bau menyengat,” jelasnya.
Perubahan kualitas air sungai ini berdampak langsung pada ekosistem Sungai Mahakam.
Warga menemukan banyak ikan dan udang yang terlihat lemas serta mengapung di permukaan air.
“Kemarin, ikan-ikan mabuk, udang juga tidak tahan. Jika ikan tidak tahan, maka mereka akan mabuk,” pungkasnya. (Ak)