Tenggarong – Anggota DPRD Kalimantan Timur, Firnadi Ikhsan mengatakan bahwa persoalan terbesar yang dihadapi peternak ayam petelur di saat ini adalah ketersediaan pasar.
Ia menyebut perlunya jaminan penyerapan hasil produksi ayam petelur, sebelum masyarakat mulai banyak menggeluti usaha ini.
Menurutnya, pasar menjadi hal penting yang harus dipastikan sebelum masyarakat didorong memperluas usaha.
“Meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap usaha ayam petelur di tahun 2025 belum sepenuhnya diimbangi dengan kepastian pasar,” ujarnya, Rabu (3/12/2025).
Melihat kondisi tersebut, Firnadi bersama sejumlah pihak terkait berupaya memberikan solusi dengan menghubungkan para peternak ayam petelur dengan jaringan dapur-dapur MBG.
Menurutnya, kebutuhan telur dari dapur-dapur tersebut cukup tinggi dan bisa menjadi peluang pasar yang stabil bagi peternak lokal.
“Satu dapur MBG itu butuh sekitar enam ribu butir telur per minggu. Kalau dihitung, ini peluang besar untuk peternak baru kita,” jelasnya.
Ia menilai, keberadaan dapur MBG dapat menjadi jaminan pasar yang lebih pasti, terutama bagi masyarakat desa yang baru merintis usaha peternakan.
Dengan jumlah dapur yang terus bertambah, kebutuhan akan pasokan telur diyakini mampu menyerap produksi peternak dalam jumlah besar dan berkelanjutan.
Firnadi berharap peluang tersebut dapat dimanfaatkan maksimal oleh masyarakat.
Ia menuturkan, dengan adanya jaminan pasar, usaha peternakan ayam petelur dapat menjadi salah satu sumber ekonomi baru bagi warga.
“Yang penting bukan hanya produksi, tapi bagaimana pasar itu benar-benar terhubung agar usaha masyarakat bisa berjalan, berkembang, dan memberi manfaat,” tutupnya. (ak/ko)





