Samarinda – Kota Samarinda kembali menjadi sorotan sebagai daerah dengan tingkat peredaran narkoba tertinggi di Kalimantan Timur.
Tak hanya melibatkan jaringan pengedar, ancaman penyalahgunaan narkoba kini juga mulai menyasar kalangan remaja, memunculkan kekhawatiran serius terhadap masa depan generasi muda di Kota Tepian.
Anggota Komisi I DPRD Samarinda, Markaca, menilai penanggulangan narkoba tidak bisa hanya dibebankan kepada aparat penegak hukum.
Ia menegaskan bahwa keluarga merupakan benteng pertama dan paling penting untuk mencegah anak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.
“Orang tua harus dekat dengan anak-anak mereka, bukan hanya mengawasi dari jauh. Luangkan waktu untuk mendengar keluh kesah, bahkan ikut berinteraksi di media sosial mereka. Itu cara sederhana untuk memahami pergaulan anak-anak,” ujar Markaca, Kamis (2/10/2025).
Menurutnya, remaja cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh teman sebaya dibandingkan nasihat orang tua. Begitu masuk ke lingkaran penyalahgunaan narkoba, jalan keluar akan sangat sulit. Karena itu, edukasi sejak dini dan pembiasaan hidup sehat harus ditanamkan secara konsisten di rumah maupun lingkungan sekolah.
Legislator Partai Gerindra itu juga menawarkan tiga langkah sederhana bagi orang tua untuk mencegah anak terjerumus narkoba.
Pertama, memperkuat nilai keagamaan sebagai fondasi moral. Kedua, mengisi waktu luang dengan aktivitas positif seperti olahraga atau kegiatan kreatif. Ketiga, mendampingi anak dalam memilih lingkungan pertemanan yang sehat.
“Kita tidak bisa hanya melarang. Orang tua perlu memberi alternatif, mengajak anak ke kegiatan yang bermanfaat. Dengan begitu, mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal yang berisiko,” jelasnya.
Markaca menegaskan, upaya pemberantasan narkoba harus menjadi gerakan bersama, bukan hanya tanggung jawab aparat.
Ia menilai peran sekolah, tokoh masyarakat, dan keluarga sama pentingnya dalam membentengi remaja dari bahaya narkoba.
“Penegakan hukum memang penting, tapi tanpa dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan, perang melawan narkoba tidak akan pernah tuntas,” pungkasnya. (adv/hr/ko)





