Tenggarong – Lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) pada 2025 cukup mengkhawatirkan, dengan jumlah penderita mencapai ribuan orang.
Namun berkat penerapan sistem deteksi dini di puskesmas hingga rumah sakit, angka kematian akibat penyakit ini berhasil ditekan hingga nol kasus.
Kabid Pemberantasan, Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Kukar, Supriyadi, menyebutkan jumlah penderita DBD hingga September 2025 sudah mencapai 2.800 orang.
Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode 2024 sekitar 2.000 kasus. “Kasus meningkat cukup tajam, namun yang patut disyukuri tidak ada laporan pasien meninggal dunia,” ujarnya, Jumat (3/10/2025).
Ia menuturkan, meningkatnya kasus tidak terlepas dari perubahan iklim cuaca dan kondisi lingkungan hidup masyarakat.
Hujan yang kerap turun menimbulkan genangan air yang menjadi sarang nyamuk penyebab DBD.
Selain itu, kata dia, wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk juga lebih rentan terhadap penyebaran penyakit tersebut.
“Selain itu, kepadatan penduduk di beberapa wilayah juga meningkatkan risiko penularan,” tuturnya.
Untuk menekan risiko yang lebih parah, puskesmas di Kukar kini sudah dilengkapi dengan rapid test DBD.
Keberadaan fasilitas tersebut membuat pemeriksaan bisa dilakukan secara cepat sehingga pasien segera mendapat penanganan.
“Deteksi dini adalah kunci, keterlambatan pemeriksaan sering kali menjadi penyebab kasus berakhir fatal,” tegasnya.
Tak hanya mengandalkan tenaga medis, pemerintah daerah juga tengah mempersiapkan aturan melalui Instruksi Bupati untuk memperkuat gerakan pemberantasan sarang nyamuk.
Dengan adanya kebijakan ini, peran masyarakat diharapkan semakin aktif dalam pencegahan.
“Pemberantasan sarang nyamuk tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan, tapi harus melibatkan warga melalui gerakan 3M Plus,” lanjutnya.
Dari data yang ada, sejumlah kecamatan tercatat sebagai penyumbang kasus terbanyak di antaranya Tenggarong, Tenggarong Seberang, dan Muara Badak.
Walaupun banyak warga berharap dilakukan pengasapan, Dinkes tetap menempatkan fogging hanya sebagai opsi terakhir.
“Fogging hanya tindakan terakhir, strategi utamanya tetap dengan memberantas sarang nyamuk,” ucapnya.
Supriyadi mengingatkan masyarakat agar tidak lengah. Ia menekankan pentingnya kebiasaan sederhana seperti menjaga kebersihan lingkungan, menguras tempat penampungan air, serta menutup wadah air.
“Mari kita bersama-sama menjaga kebersihan, menguras tempat penampungan air, menutup wadah air, serta mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Dengan cara sederhana ini, angka kasus bisa ditekan,” pungkasnya. (ak/ko)





