Tenggarong – Kepergian mantan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Awang Faroek Ishak, meninggalkan duka mendalam.
Bukan hanya dikenang sebagai tokoh visioner yang membawa perubahan besar di Kaltim, almarhum juga diingat sebagai sosok ayah yang menjadi inspirasi bagi keluarganya.
Putri keduanya, Dayang Donna Walfiares Tania, menyampaikan kesan tersebut usai pemakaman di Tenggarong, Senin (23/12/2024).
Donna mengenang bagaimana ayahnya selalu memberikan nasihat bijak yang menjadi pedoman hidup keluarga.
Menurutnya, almarhum kerap menekankan bahwa perjuangan hidup membutuhkan keberanian dan keteguhan hati.
“Ayah sering berkata bahwa kalah atau menang adalah bagian dari perjuangan. Yang terpenting adalah terus berjuang tanpa takut menghadapi harga yang harus dibayar,” tutur Donna.
Sebagai seorang pemimpin, Awang Faroek juga mengajarkan pentingnya kedekatan dengan masyarakat.
Donna menuturkan, ayahnya selalu mengingatkan untuk menjauhi kesombongan dan memahami kebutuhan rakyat dengan sepenuh hati. Pesan itu, menurutnya, menjadi salah satu warisan yang akan terus ia pegang.
Bagi Donna, almarhum adalah teladan dalam membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat tanpa membawa kemewahan.
Prinsip ini bahkan diingatnya dalam momen-momen terakhir bersama ayahnya.
“Ketika beliau sakit dan dibawa ke rumah sakit, kami melewati jalan tol dan jembatan kembar. Itu seperti isyarat terakhir ayah, mengingatkan kami tentang karya-karyanya yang membekas di hati masyarakat,” kenangnya.
Pemakaman almarhum dilakukan di sebelah makam anak pertamanya, Awang Ferdian Hidayat, di Tenggarong. Prosesi tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat, termasuk mantan Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi dan Sekda Kukar, H Sunggono.
Awang Faroek lahir di Tenggarong, Kalimantan Timur, pada 31 Juli 1948. Ia merupakan anak ke-11 dari 13 bersaudara, buah hati pasangan Awang Ishak dan Dayang Johariah.
Sebagai pelopor pembangunan di Kalimantan Timur, almarhum dikenal atas kontribusinya pada infrastruktur strategis seperti jalan tol yang menjadi salah satu fondasi terpilihnya wilayah tersebut sebagai Ibu Kota Nusantara (IKN).
Donna menganggap karya ayahnya sebagai bukti nyata visi besar yang membawa perubahan positif bagi daerah.
“Meskipun banyak yang mengkritik, ayah selalu menekankan untuk tetap berpegang pada prinsip yang benar. Dengan itu, kita bisa menghadapi segala rintangan,” imbuh Donna.
Di mata keluarganya, Awang Faroek tak hanya seorang pemimpin, tetapi juga figur ayah yang memberikan inspirasi dan motivasi.
“Ayah selalu mengajarkan bahwa keluarga adalah tempat kita mendapat kekuatan. Dari sini, kita bisa bermimpi besar dan mewujudkannya,” pungkas Donna. (Ak)