Samarinda – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur, Andi Satya Adi Saputra, menyoroti kekurangan jumlah dokter yang terjadi di wilayah Benua Etam.
Ia menyatakan, ketidakseimbangan antara jumlah dokter dan jumlah penduduk menjadi salah satu tantangan besar dalam pelayanan kesehatan di provinsi ini.
“Saat ini, kita baru memiliki sekitar 2.000 dokter, jauh dari jumlah ideal yang disarankan oleh WHO, yaitu 1 dokter per 1.000 penduduk,” ujar Andi Satya pada Senin (4/11/2024).
Dengan jumlah penduduk yang mencapai sekitar 4 juta jiwa, Kaltim seharusnya memiliki setidaknya 4.000 dokter untuk memastikan pelayanan kesehatan dapat berjalan optimal.
Ia menambahkan, jumlah dokter yang ada saat ini hanya mencapai 50 persen dari standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Kita masih kekurangan 50 persen dari jumlah ideal yang seharusnya ada di Kaltim,” kata politisi dari Partai Golkar tersebut.
Selain masalah kuantitas, Andi Satya juga menyoroti ketidakmerataan distribusi dokter di Kaltim. Dari total 2.000 dokter yang ada, 80 persen terkonsentrasi di tiga kota besar: Samarinda, Balikpapan, dan Bontang.
“Distribusi yang tidak merata ini menyulitkan masyarakat di daerah lain untuk mendapatkan akses kesehatan yang memadai,” tambahnya.
Lebih lanjut, Andi Satya menjelaskan bahwa sekitar 800 dari total dokter di Kaltim adalah dokter spesialis, dan sebagian besar dari mereka juga berpraktik di kota-kota besar seperti Samarinda dan Balikpapan.
Menurutnya, kondisi ini disebabkan oleh faktor kesejahteraan dokter yang lebih terjamin di kota besar, dibandingkan dengan daerah terpencil.
“Kondisi ini kembali lagi ke pemerintah. Banyak dokter enggan bertugas di daerah-daerah dengan akses jalan yang sulit serta fasilitas rumah sakit yang kurang memadai,” jelas Andi Satya.
Ia menegaskan bahwa pemerintah harus lebih memperhatikan fasilitas kesehatan di wilayah terpencil, guna menarik lebih banyak dokter untuk bertugas di sana.
“Tugas pemerintah adalah memperhatikan fasilitas di daerah agar bisa menarik lebih banyak dokter untuk bertugas di wilayah terpencil,” pungkasnya. (adv)